PMTINEWS.com, Makassar l Wacana pembentukan PMTI (Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia) Sulsel, seperti diberitakan sebelumnya, tampaknya sangat dinanti-nanti. Banyak pihak berharap PMTI Sulsel sudah saatnya harus hadir. Setidaknya, harapan ini juga datang dari pengusaha muda Toraja, Oscar. Ditemui di sela-sela diskusi lepas di HAI HONG Kopi Tuan, Jl Pelita Raya, Makassar, Selasa (14/6) siang, Oscar banyak mengurai perspektif PMTI Sulsel ke depan.
"Apa arti sebuah nama kalau tidak berbuat. Kan nama itu harus terdaftar di pemerintah, tapi apa artinya kalau tidak punya impack," ujarnya. Hadir dalam diskusi, sejumlah pemuka masyarakat Toraja. Seperti Kahar, Pither Singkali, Victor Sagala Palinggi, SH, MH, Jansen Saputra Godjang, Yohana, Oscar, dan Pither Ponda Barani, SH, MH serta lainnya. Lebih jauh, Oscar mengatakan, kehadiran PMTI harus bermanfaat bagi masyarakat Toraja khususnya di Sulsel.
"Ini (red, PMTI Sulsel) kalau terbentuk kan ada kantor. Kita bikin tempat pelatihan saya yang biayai. Banyak saya punya orang-orang profesional," ucapnya. Pria yang bernama lengkap Oktanius Lamba ini menyebut beberapa usaha yang dapat dikembangkan untuk menunjang UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). "Seperti usaha cetak dengan mesin sablon. Kita carikan pasar. Juga bisnis beras. Brandnya kita buat kemudian dipasarkan. Atau kopi Toraja dalam kemasan. Kita bantulah," bebernya.
Oscar mengaku sangat tertarik dengan figur seperti Herman Opy Sanda yang bisa memimpin PMTI Sulsel mendatang. "Cuma sepanjang Opy memang siap, ya saya kira disinilah kapasitasnya dia. Karena jujur saja memimpin PMTI ini tidak bisa sembarang orang. Disamping SDMnya, yang paling dibutuhkan disini kemampuan finansial. Harus mapan. Malah ini yang dominan dibanding sumberdaya manusianya. PMTI selain ormas juga murni urusan sosial yang tentu harus ditunjang dana," jelas Oscar.
Hal senada disampaikan Kahar, seorang purnawirawan pamen polisi. Menurut dia, dalam memimpin ormas atau organisasi sosial di manapun, tidak diperlukan orang yang cerdas, tapi yang mapan dan kapabel melakukan koordinasi serta konsolidasi semua perangkat organisasi dan program kegiatan serta kerjasama dengan lembaga lain. "Tidak butuh orang cerdas, yang hanya pandai beretorika. Tapi kerja dan kerja. Nah umba nakua ke den musibah seperti terjadi longsor dan butuh bantuan, tidak mungkin setiap ada begitu semua pengurus saweran," tegas Kahar. (top/rus)