Drs. Tommy Tiranda *) |
MENARIK mencermati keberadaan PMTI (Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia) belakangan ini. PMTI di bawah kepemimpinan Mayjen TNI (Purn.) Yulius Selvanus Lumbaa memang beda. Hidup dan penuh dinamika dengan mobilitas tinggi serta berbagai inovasi. Fakta ini membuat PMTI kini kian dikenal dan mendapat perhatian publik.
Hormat dan Salam PMTI dengan foto selfi para pengurus dan simpatisannya, merebak di mana-mana, di pusat maupun daerah, bahkan hingga ke luar negeri. PMTI menjadi primadona sekaligus idola bagi masyarakat Sangtorayan. Karena memang PMTI hadir untuk seluruh masyarakat Toraja dimana pun, tanpa sekat dan dari berbagai latar belakang.
PMTI milik semua, tanpa memandang dari agama mana dan aliran mana. Di dalamnya bhineka tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu. Karena itu, polemik seputar keanggotaan PMTI pasca revisi atau amandemen AD/ART untuk pengesahan di Kemenkumham, tidak harus mencerai-beraikan sangtorayan. Wadah etnik, seperti IKT, IKAT, KKT, Kombongan atau sebutan lainnya, justru menjadi khazanah kerukunan.
Wadah etnik Toraya yang memang lahir awal dan eksis ini, bagai pesawat kecil atau pesawat tempur, dihimpun di atas kapal induk bernama PMTI. Maka itu, terhadap revisi AD/ART seyogyanya perlu penyelarasan. PMTI harus menghimpun Diaspora dan Domestik Toraya seutuhnya. Misa' kada dipotuo pantan kada dipomate, satu pendapat buat kita hidup, banyak ego pendapat pribadi buat kita mati. Ini mengajak kita semua untuk selalu bersatu. Semoga🙏
*) Pimpinan Redaksi