Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mantan Sekab Merauke, Daniel Pauta, Minta Masyarakat Doa’ Lili’kira Tidak Berdamai

Selasa, 29 Oktober 2024 | Oktober 29, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-29T09:19:01Z

Drs. Daniel Pauta

PMTINEWS.com, Jakarta l Kasus penghinaan terhadap warga masyarakat Doa’ Lili’kira, Lembang Lili’kira, Kecamatan Nanggala, yang menyeret seorang purnawirawan TNI berinisial SP, ternyata mendapat perhatian serius kalangan Diaspora Toraja khususnya yang berasal dari kampung Doa’ Lili’kira, Lembang Lili’kira. Mereka tak henti-hentinya mengikuti perkembangan sejak kasus tersebut mencuat di permukaan. Salah satu yang sangat antusias memantau hal ini adalah mantan Sekab Merauke, Drs. Daniel Pauta. 


Kepada media ini, melalui sambungan telepon genggam, Selasa (29/10) siang, Daniel Pauta mengurai dengan gamblang kasus tersebut. “Kalau saya secara pribadi ada dua hal, yang pertama orang itu mungkin guyon. Kalau dikatakan guyon lalu diulang-ulang itu bukan guyon lagi itu berarti menurut saya dia sudah serius untuk meremehkan orang lain atau kelompok tertentu. Apalagi pernyataan itu di depan umum. Saya tidak mau bilang apakah dia kampanye atau mungkin ada semacam syukuran lalu dia berbicara seperti itu ya menurut pribadi saya itu tidak layak, lalu orang mengatakan bahwa ya kalau kita mau berbicara kita harus pikir dua kali, tiga kali dulu baru kita sampaikan kalau di depan umum. Begitu sesuatu yang kita lontarkan keluar dari mulut kita sudah menjadi milik orang lain, sudah menjadi milik publik, tidak bisa lagi kita tarik,” ujar Daniel. 


Dengan demikian, disengaja atau tidak, kata Daniel, SP sudah menghina orang lain atau kelompok lain. “Kalau umpamanya oknum tertentu, umpamanya Daniel Pauta dari Doa’, ya tidak ada masalah, itu berarti saya yang bertanggungjawab untuk perbuatan saya. Tapi kalau To Doa’ artinya org, org Doa’ berarti secara keseluruhan kan begitu. Mungkin betul di dalam satu kelompok, satu komunitas, satu kampung ada saja orang yang dia anggap ma’kapettok, mungkin ada, termasuk mungkin dalam keluarganya, anaknya atau adiknya pun mungkin melakukan itu, tapi kita tidak bisa menggeneralisasi bahwa semua orang Doa’ itu ma’kapettok kan seperti itu,” tuturnya. 


Beda kalau yang ma’kapettok itu oknum atau pribadi tidak menjadi soal. “Kalau dia menunjuk oknum menurut saya ok silahkan. Tapi karena dia generalisasi bahwa To Doa’ dan To Karua itu ma’kapettok maka ya menurut pandangan saya secara pribadi dan mungkin banyak orang juga berdebat seperti saya bahwa ya kita ini dicap orang yang tidak memberikan bahasa yang baik kepada orang lain,” ucap putra Doa’ Lili’kira ini. 


Daniel Pauta memberi apresiasi yang tinggi kepada semua warga masyarakat Doa’ Lili’kira khususnya kepada para tokoh masyarakat dan pemuda setempat yang terus berjuang. Mereka tidak tinggal diam demi harkat dan martabat masyarakat Doa’ Lili’kira.


“Jangan mau diajak damai, sebab kalau itu dilakukan nanti orang bilang ah…orang Doa’, To Doa’, itu gampang. Tidak tertutup kemungkinan kali berikut pasti dia lakukan lagi. Setelah itu cukup kita minta maaf selesai. Saya bilang kalau saya secara pribadi dan saya berharap kepala lembang dan teman-teman disana jangan mau diajak damai. Kalau dia bilang maaf ya kita maafkan secara manusia, Tuhan saja memaafkan orang lain, kita maafkan. Proses hukum menurut saya harus ditegakkan,” tandasnya. 


Kepada aparat penegak hukum, Daniel Pauta minta agar jeli melihat kasus tersebut. “Kalau ini dibiarkan saja maka ada kemungkinan ke depan itu di Toraja orang akan saling mengolok-olok. Tidak tertutup kemungkinan bahwa kampung satu akan mengolok-olok kampung yang lain karena orang yang berbicara sembarangan ini tdk diberikan semacam efek jera,” pungkasnya. (james) 


×
Berita Terbaru Update